Anggota DPR RI Periode 2014-2019, Bambang Haryo Soekartono.
JAKARTA, Jurnas.com - Pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tentang pembangunan Food Estate seluas 600 hektare di Desa Tewai Baru, Gunung Mas, Kalimantan Tengah sebagai kejahatan lingkungan dinilai sebagai tudingan tak berdasar.
Hal ini diungkapkan Pakar Kebijakan Publik, Ir. Bambang Haryo Soekartono kepada sejumlah awak media, Kamis (17/8/2023).
BHS sapaan akrab Bambang Haryo Soekartono mengatakan, jumlah luas hutan di Indonesia ada 125,8 juta hektare. Berarti jumlah luasan yang akan difungsikan sebagai lahan yang diusahakan untuk ketahanan pangan sebesar 600 hektare tersebut relatif sangat kecil bila dibanding dengan luasan hutan yang ada di Kalimantan tengah sebesar 10,3 juta hektare. Apalagi dibanding luas hutan seluruh Indonesia seluas 125,8 juta hektare.
Sementara hutan yang dibabat untuk dijadikan kebun kelapa sawit saha sudah sekitar 15 juta hektare.
"Rupanya Pak Hasto lupa, hutan yang sudah dibabat untuk kelapa sawit di Indonesia ada sekitar 15 juta hektare, dan hutan yang sempat rusak terbakar di tahun 2015 sebesar 2,61 juta hektare," kata BHS.
"Demikian juga hutan produktif yang digunakan untuk kepentingan penambangan batu bara di Indonesia dengan produksi penambagan sebesar 687 juta ton per tahun. Jadi sudah berapa ratus ribu atau juta hektare hutan yang dibabat akibat penambangan batu bara tersebut," imbuh Anggota DPR-RI Periode 2014-2019.
BHS yang juga menjabat sebagai Penasihat Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI) Jawa Timur ini melanjutkan, tidak ada satu pun komentar Hasto soal kerusakan-kerusakan hutan hingga puluhan juta hektare tersebut.
"Ini sangat ironis dan terkesan pencitraan. Kenapa program ketahanan pangan yang diusahakan oleh Pak Jokowi dengan penanggung jawab Kementerian Pertanian sebagai leading sector dan Kemenhan RI membantu utama untuk mensukseskan program ketahanan pangan di lahan singkong sebesar 600 hektare dikritisi keras?" tanya BHS.
Ketua Harian Masyarakat Transportasi (MTI) Jawa Timur ini menambahkan, beberapa contoh food estate yang sudah berhasil misalnya di Papua daerah Kerom dengan luas 10 hektare menghasilkan jagung raksasa dan sudah di ekspor, Timika menghasilkan sagu yang merupakan lahan sagu terluas di dunia sebesar 4,7 juta hektare. Setiap hektare menghasilkan 40 ton sagu. Bahkan sebagian di ekspor dan sebagian lagi di konsumsi sebagai makanan pokok masyarakat Papua.
Marauke juga menghasilkan beras yang di konsumsi sebagian oleh negara Papua Nugini dan sebagian lagi di konsumsi oleh masyarakat di Papua.
"Di sini jelas bahwa food estate diharapkan bisa mengatasi krisis pangan yang saat ini sering dikhawatirkan oleh Pemerintah, terutama yang sedang melanda di beberapa negara di dunia. Dan diharapkan juga semua wilayah Indonesia harus mempunyai lumbung - lumbung pangan, agar terjadi kemudahan dan pemerataan pangan di seluruh Indonesia," pungkas Anggota Bidang Pengembangan Usaha dan Inovasi DPN HKTI ini.
KEYWORD :Food estate Kelapa sawit Bambang Haryo